Namun bagiku, bukan aku yang terlambat, atau kau yang berjalan terlalu cepat. Semuanya sudah sesuai, hanya saja jalan kita yang tak pernah searah, tak pernah sama-sama satu tujuan. Kita tiba dalam waktu yang bersamaan pun tentunya tak akan membuat kita berjalan bersisian. Kita digariskan untuk tidak seperti itu, melainkan sebatas bertemu pada satu titik kemudian berpisah menuju tujuan masing-masing. Kataku dalam hati karena tak sempat menyanggah ucapan perpisahanmu tadi.
Suara lonceng kereta api tanda kereta akan segera berangkat tiba-tiba saja menghentikan lamunanku. Perusahaan Kereta Api benar-benar telah berbenah rupanya, tepat pukul 8 malam keretaku pergi meninggalkan Jogja, sama persis dengan apa yang tertera pada tiket. Dan itu tandanya, 30 menit lagi keretamu juga akan berlalu dari kota ini, menuju kota lain dengan arah angin yang berbeda.
Iboih, 27 Desember 2016. Tulisan singkat ini dibuat di tengah-tengah perjalanan udara menuju Banda Aceh pagi ini. Di ketinggian ribuan kaki, di kondisi yang setengah mengantuk paska begadang semalaman, kalimat demi kalimat dari tulisan ini muncul di kepala, membuat saya langsung mencatatnya di notes hp untuk kemudian memasukkannya ke blog saat tiba di penginapan, yang pada akhirnya baru terlaksana saat hendak beranjak tidur.
hmm...
BalasHapusapa ham hem ham hem
BalasHapus