Jumat, 11 November 2016

Paus

Photo by @kumbaka

“Menurutmu, sifat paling buruk apa yang dimiliki manusia?” tanyaku dalam rangka membunuh kebosanan di tengah kemacetan parah menuju rumah seusai berkunjung ke kota sebelah.

“Maruk, serakah dan tidak pernah puas.” Katanya sambil menaikkan rem tangan dan meluruskan kaki pertanda telah pasrah dengan kondisi macet yang makin parah.

“Kenapa begitu?” tanyaku.

“Mereka sangat mengutuk kemacetan, tapi mereka tetap pergi keluar rumah saat weekend. Seakan macet sepulang kantor masih terasa kurang juga.” Jelasnya yang diikuti dengan tawaku.

“Melihat kegilaan ini, menimbulkan 1 pertanyaan dalam pikiranku. Jika kau diberikan 1 kesempatan untuk dilahirkan kembali dan tidak menjadi manusia, kira-kira kau ingin dilahirkan menjadi apa?” Aku melemparkan pertanyaan random, tiba-tiba.

“Ada baiknya, karena kau yang memiliki pertanyaan, kau dulu yang menjawab. Biarkan aku berpikir lebih dulu sambil mendengarkan jawabanmu” ucapnya. Aku seketika berpikir untuk menemukan jawaban dari pengandaianku sendiri.

“Mungkin Paus?” Aku bertanya untuk jawabanku sendiri. Tanda ragu-ragu.

“Karena?”

“Sesimpel karena paus itu……adorable. Gesture mereka, gerakan tubuh mereka ketika menari saat mengarungi lautan sangat menawan. Saat mereka melompat di udara, mereka terlihat lebih dari sekedar anggun.” Jelasku.

“Hanya itu?” Tanyanya memastikan. Akupun diam sejenak.

“Juga karena mereka memiliki kawanan yang setia menemani mereka sejak kelahiran hingga saat mereka mati. Kawanan yang selalu ada setiap harinya dalam mendampingi mereka membelah samudra. Kawanan yang membuat lautan dingin maha luas jadi terasa hangat. Hidup mereka utuh, mereka tak pernah merasa kesepian..” Aku menggantungkan jawabanku di sana membuat suasana sedikit canggung.

“Bagaimana dengan kau? Sudah selesai berpikirnya?” Aku berusaha mengakhiri keheningan yang sempat hadir.

“Sudah kuputuskan, jika aku mendapatkan kesempatan itu, aku akan memberikannya padamu. Karena bagaimanapun buruknya aku dan hidupku, aku akan tetap memilih menjalani hidup ini sebagai diriku dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Menjalani jatuh bangunnya hidupku yang telah membentuk aku menjadi aku yang sekarang. Sekeras mungkin akan ku coba menikmati hidup ini sebesar apapun rasa kesepian yang sering kali datang..”

Sebuah intro lagu tiba-tiba terdengar dari radio tepat ketika ia menyelesaikan kalimatnya. Lagu yang menjadi lagu kesukaan kami berdua sejak dulu. Membuat aku dan dia refleks bernyanyi, menyudahi obrolan random sore hari dari 2 orang yang sama-sama kesepian namun tetap memilih hidup dalam kesendirian meski selalu berjalan bersisian.


Depok, 11 November 2016 pukul 01.38 pagi. Menyelesaikan tulisan setelah seharian me-repeat True Love Waits – Radiohead. This song helps me feeling better and makes me getting worse at the same time. LOL.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar